HnJxnamjFNAlOVF6Q1uObREh7avz80zCg0Efg9rw

Koneksi Internet 5G Di APAC Akan Melampaui 400 Juta Pada Tahun 2025

Internet 5G

Jumlah koneksi internet 5G di Asia-Pasifik akan tumbuh menjadi lebih dari 400 juta pada tahun 2025, tetapi kesenjangan penggunaan karena kurangnya keterampilan digital dan keterjangkauan akan tetap ada.

Adopsi 5G akan tumbuh di seluruh Asia-Pasifik dengan lebih dari 400 juta koneksi internet 5G yang setara dengan lebih dari 14% dari total koneksi seluler pada tahun 2025, menurut laporan Mobile economy Asia-Pacific 2022 oleh GSM Association (GSMA).

Saat ini 5G tersedia secara komersial di 14 pasar dengan yang lain termasuk India dan Vietnam akan diluncurkan dalam beberapa bulan mendatang. India sedang melakukan lelang spektrum 5G bulan ini mengikuti uji coba oleh perusahaan telekomunikasi lokal untuk menguji aplikasi 5G seperti game cloud, robotika, dan telehealth.

Di pasar pionir terutama Korea Selatan, 5G sekarang menyumbang sekitar dua dari lima koneksi seluler. Momentum telah didorong oleh sejumlah faktor, termasuk pemulihan ekonomi dari pandemi, peningkatan penjualan handset 5G, perluasan jangkauan jaringan dan upaya pemasaran secara keseluruhan.

Di tengah kemajuan adopsi 5G di seluruh wilayah, memonetisasi 5G tetap menjadi pertimbangan utama bagi operator, menurut laporan tersebut. Kabar baiknya adalah bahwa konsumen mulai beralih ke 5G dan semakin menambahkan konten dan layanan seperti siaran langsung olahraga ke dalam rencana 5G mereka berdasarkan temuan dari survei konsumen GSMA yang terpisah.

Pengalaman imersif yang memanfaatkan kemampuan latensi rendah dan bandwidth tinggi dari jaringan 5G juga mendapatkan daya tarik di kalangan konsumen. Pengalaman hiburan seperti konser, dan lab game, yang dibayar mahal oleh pelanggan di dunia fisik, memberikan jalan bagi operator untuk menunjukkan nilai 5G.

Namun, ada kesenjangan penggunaan saat ini yakni jaringan broadband seluler mencakup sekitar 96% populasi kawasan, sebuah bukti investasi operator dalam infrastruktur 3G, 4G, dan yang semakin meningkat ialah 5G. Namun, hanya 44% dari populasi lebih dari 1,2 miliar pengguna yang menggunakan layanan internet seluler.

Alasan perbedaan ini termasuk kurangnya keterampilan digital, keterjangkauan, dan masalah keamanan online. Laporan tahun ini menguraikan bagaimana negara-negara mengatasi kesenjangan penggunaan ini, seperti program inklusi digital di Singapura untuk melatih manula dalam menggunakan layanan digital.

“Mengatasi kesenjangan penggunaan dan memperluas manfaat internet ke lebih banyak orang di masyarakat sangat penting,” kata kepala GSMA Asia-Pasifik, Julian Gorman. “Namun, ini akan membutuhkan upaya bersama oleh berbagai pemangku kepentingan bekerja sama dengan operator seluler dan pemain ekosistem lainnya seperti produsen perangkat dan pembuat konten digital untuk mendorong adopsi dan mengatasi hambatan yang kita lihat saat ini,” tambahnya.

Related Posts

Related Posts